Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kristen dalam Sastra Indonesia


Oleh Yohanes Sehandi
Pengamat Sastra dari Universitas Flores, Ende

Artikel opini ini disusun sebagai bentuk apresiasi terhadap dua buku yang khusus mengulas unsur Kristen dalam sastra Indonesia. Kedua buku ini merupakan karya pengamat dan kritikus sastra dan budaya dari NTT, AG Hadzarmawit Netti. 

Kedua buku itu adalah Kristen dalam Sastra Indonesia (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1977), dan Natal dan Paskah dalam Kontemplasi Penyair (B You Publishing, Surabaya, 2013). Meskipun selisih waktu penerbitannya 36 tahun, isi kedua buku ini berkaitan dan saling melengkapi, relevan untuk kita bicarakan. Kedua judul buku ini juga termasuk langka dalam sastra Indonesia.

Sepanjang sejarah sastra Indonesia sampai sengan saat ini, satu-satunya buku yang mengulas unsur Kristen dalam sastra Indonesia adalah karya Hadzarmawit Netti Kristen dalam Sastra Indonesia ini. Saya telah menelusuri sejumlah bibliografi beranotasi tentang sastra Indonesia, tidak ditemukan buku lain tentang Kristen selain buku ini.

Kristen dalam Sastra Indonesia

Dalam pengamat saya, unsur Kristen dalam sastra Indonesia paling tinggi diulas segelintir pengamat sastra dalam bentuk artikel di surat kabar atau majalah, itupun sangat sedikit. 
 
Salah satu dari yang sedikit itu adalah artikel A. Teuuw, pengamat dan kritikus sastra Indonesia kelahiran Belanda, yang berjudul “Sang Kristus dalam Puisi Indonesia Baru” dimuat dalam majalah Chatulistiwa yang kemudian dimasukkan dalam buku antologi Sejumlah Masalah Sastra (Editor Satyagraha Hoerip, 1982). 
 
Kurangnya tulisan tentang Kristen dalam sastra Indonesia menunjukkan keraguan para pengamat sastra dalam menjawab pertanyaan ini: “Apakah ada unsur Kristen dalam sastra Indonesia?”
 
AG Hadzarmawit Netti
 
AG Hadzarmawit Netti, kelahiran Soe, TTS, pada 9 Oktober 1941, kini tinggal di Kota Kupang, menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan, “ada.” Untuk menunjukkan pendangannya itu beliau menulis buku Kristen dalam Sastra Indonesia ini, terbit pada tahun 1977. 
 
Buku ini sulit ditemukan sekarang ini karena sudah habis terjual dan tidak (belum) dicetak ulang oleh penerbitnya. Semoga Bapak Netti, panggilannya sehari-hari, dapat mencetak ulangnya. Namun, kalau kita melacak buku ini lewat Google, kita akan tercengang. Buku ini bertengger di puluhan perpustakaan Nasional dan Universitas besar di mancanegara.

Menurut penulisnya, buku ini disusun sebagai tanggapan atas polemik sejumlah tokoh Kristen tingkat Nasional yang dimuat Majalah Komunikasi tahun 1970.  Bermula dari ceramah Pastor Dick Hartoko (budayawan, pendiri Majalah Basis) di Dewan Kesenian Jakarta, berjudul “Mengerling Sastra Indonesia dari Sudut Kristen” yang kemudian dimuat dalam Majalah Komunikasi edisi Januari 1970. Dick Hartoko ragu-ragu menyatakan pendapatnya tentang Kristen dalam sastra Indonesia.

Tulisan Dick Hartoko ini mengundang tanggapan beragam. Dua penulis kondang pada masa itu, Satyagraha Hoerip dan Th. Sumartana, menyatakan sikap, tidak ada unsur Kristen yang spesifik dalam sastra Indonesia. Menurut keduanya, semua karya sastra yang bermutu tinggi secara otomatis mengandung unsur Kristen, karena nilai-nilai Kristiani bersifat universal. 

MS Hutagalung, pengamat dan kritikus sastra dari Universitas Indonesia (kritikus sastra Aliran Rawamangun), menyatakan sikap sebaliknya, yakni “ada” unsur Kristen dalam sastra Indonesia. Polemik ini berlangsung selama enam bulan di Majalah Komunikasi, dari edisi Januari sampai Juni 1970.

AG Hadzarmawit Netti berlangganan Majalah Komunikasi dan mengikuti polemik itu secara intens dari Rote. Pada waktu itu beliau menjadi kepala sebuah SMP swasta yang didirikannya sendiri, namun tidak sempat menulis pendapat dalam Majalah Komuniasi tersebut. Beliau menanggapinya dengan menulis sebuah naskah buku pada Juli 1970, dan pada 1973 mengirimkannya ke Penerbit BPK Gunung Mulia, Jakarta, baru diterbitkan tahun 1977. 

Setelah terbit, buku tipis 73 halaman ini sempat dibicarakan atau diresensi di beberapa media, namun tidak bisa ditelusuri semuanya. Yang bisa ditelusuri resensinya di harian Sinar Harapan tahun 1977 oleh Patmono Sk dan resensi Korrie Layun Rampan dalam bukunya Kesusastraan Tanpa Kehadiran Sastra (1984).

Lewat buku ini AG Hadzarmawit Netti menyatakan pandangan dan sikapnya yang jelas bahwa "ada" unsur Kristen dalam sastra Indonesia. Halaman 7-24, Hadzarmawit Netti menguraikan perihal “Panggilan Sastrawan Kristen dalam Seni Sastra Indonesia.” Pada halaman 25-33 penulis buku menjelaskan latar belakang “Penamaan Sastra Kristen” sebagai tanggapan terhadap Dick Hartoko, Satyagraha Hoerip, dan Th. Sumartana, yang meragukan kehadiran unsur Kristen dalam sastra Indonesia, dan terhadap M.S. Hutagalung yang menyatakan adanya unsur Kristen dalam sastra Indonesia. Dan pada halaman 34-61 diuraikan tentang “Tinjauan Sekitar Penamaan Sastra Kristen.”

Natal dan Paskah     

Dalam kurun waktu 36 tahun sejak terbitnya buku Kristen dalam Sastra Indonesia tahun 1977, Hadzarmawit Netti, pada tahun 2013, menunjukkan bukti karya-karya sastra yang mengandung unsur Kristen, baik dalam sastra Indonesia maupun dalam sastra NTT. 

Diidentifikasikannya sejumlah karya sastra puisi yang menurut beliau mengandung unsur Kristen. Yang dianalisis adalah puisi-puisi yang bertemakan Natal dan Paskah dalam kepercayaan Kristen. Maka terbitlah buku yang berjudul Natal dan Paskah dalam Kontemplasi Penyair (2013).

Buku ini terdiri atas 22 bab. Sejumlah 18 bab berisi kajian terhadap puisi-puisi karya sejumlah penyair Indonesia dan penyair NTT. Sebanyak 6 bab berisi puisi-puisi karya AG Hadzarmawit Netti sendiri yang semuanya bertema Natal dan Paskah. Bagian akhir berisi lampiran.

Puisi-puisi Kristen yang dikaji Bapak Netti adalah karya penyair Fridolin Ukur, Poppy Hutagalung (M. Poppy Donggo-Hutagalung), Mezra E. Pellondou, Viktus Murin, dan Hans Ch. Louk. Tiga  nama  yang disebutkan terakhir adalah penyair NTT. 

Lewat buku ini Hadzarmawit Netti mengangkat citra sastra dan sastrawan NTT ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengulas puisi tiga penyair NTT, yakni (1) Mezra E. Pellondou atas puisinya yang berjudul “Natal” (Bab VI) dan “Serat Jiwa” (Bab XVIII), (2) Viktus Murin atas puisinya yang berjudul “Pendakian” (Bab XIX) dan “Sajak Seorang Prajurit” (Bab XX), dan (3) Hans Ch. Louk atas puisinya yang berjudul “Sekadar Bertanya” (Bab XXI).

Kita orang NTT patut berbangga atas prestasi sejumlah pengamat dan kritikus sastra kelahiran NTT. Sejumlah nama patut disebutkan, yakni Dami N. Toda, Ignas Kleden, Yoseph Yapi Taum, dan AG Hadzarmawit Netti. Dari empat nama ini, yang bertempat tinggal dan berkarya dari NTT adalah AG Hadzarmawit Netti.

Hadzarmawit Netti telah berkarya dalam diam dengan menerbitkan sejumlah buku berbobot yang patut dibaca, yakni (1) Kristen dalam Sastra Indonesia (1977), (2) Kupang dari Masa ke Masa (1997), (3) Vibrasi Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan Vibrasi Eksistensi Bangsa Indonesia (2010), (4) Sajak-Sajak Chairil Anwar dalam Kontemplasi (2011), (5) Bilangan Super dalam Konteks Religi dan Budaya Etnis Rote Ndao (2012), dan (6) Natal dan Paskah dalam Kontemplasi Penyair (2013). *
 
(Telah dimuat harian Pos Kupang, terbitan Kupang, pada Jumat, 28 Maret 2014)

 



Post a Comment for "Kristen dalam Sastra Indonesia"